Dunia Berita 365, Jakarta - Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Azis, bergegas memasuki Gedung KPK di Kuningan Persada, Jakarta Selatan. Kedatangannya, Jumat 24 November 2017, ke Markas Komisi Antirasuah memancing penasaran awak media di sana.
Tapi, Idham irit bicara ketika diberondong pertanyaan wartawan. Jenderal bintang dua itu masih enggan mengungkap maksud ke datangannya.
“Nanti saja. Mau bertemu pimpinan (KPK),” jawab Idham singkat, sambil berjalan masuk ke lobi Gedung KPK.
Ia tidak menyambangi KPK sendirian. Bersama Idham, ada Kombes Argo Yuwono, Kabid Humas Polda Metro Jaya. Argo pun bungkam soal agenda kedatangan jajaran Polda Metro Jaya.
Ketua KPK Agus Rahardjo (kiri) dan Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis (tengah) menampilkan sketsa pelaku yang diduga penyerang Novel Baswedan, Jumat (24/11). |
Beberapa jam setelah kedatangannya, Idham Azis muncul di Ruang Konfrensi Pers KPK. Ketua KPK Agus Rahardjo juga tampak.
Pada kesempatan itu, Idham menyampaikan perkembangan terbaru pengungkapan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Polda Metro Jaya berhasil membuat sketsa wajah terduga pelaku penyerangan.
Idham meyakini sketsa kali ini punya akurasi tinggi. Ada dua sketsa yang dirilis.
"Kalau dari hasil keterangan saksi ini mengarah sudah 90 persen (akurat). Bahwa dua gambar tadi itu diduga terlibat penyiraman saudara Novel Baswedan," ujar Idham Azis.
Hampir tujuh bulan kasus penyerangan air keras terhadap Novel mandek di Polda Metro Jaya. Polda diketahui sempat mengeluarkan sketsa wajah terduga pelaku namun hingga kini tindak lanjutnya masih nihil.
Pemaparan Idham hari itu memberi harapan baru pengungkapan kasus yang menimpa Novel Baswedan. Penyidik KPK itu hingga kini masih menjalani perawatan di Singapura untuk memulihkan kondisi matanya yang rusak.
Ciri-Ciri Penyerang
Berdasarkan sketsa yang diterbitkan Polda Metro Jaya, ada ciri spesifik dari dua penyerang. Satu terduga pelaku memiliki ciri-ciri berambut cepak dan wajah kulit agak sawo matang.
Sementara satu lagi memiliki rambut gondrong dan kulit wajah kuning langsat. Menurut Idham Azis, pihaknya sudah memeriksa kurang lebih 66 saksi.
Dari 66 saksi tersebut, polisi fokus kepada dua orang yang memberikan gambaran paling jelas terkait dua terduga pelaku teror.
"Yang pertama itu kita ketahui dari saksi S. Dan kedua, kita dapat info dari SN," ujar Idham Azis.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (Istimewa) |
Ia tak merinci dua inisial tersebut saksi yang mengungkap ciri penyerang Novel Baswedan. Namun, menurut Juru Bicara KPK Febri Diansyah, SN yang disebut oleh Idham Azis bukan Setya Novanto yang merupakan tersangka korupsi e-KTP.
“Bukan (Setya Novanto). Dari informasi yang saya terima itu orang yang berbeda,” kata Febri saat dikonfirmasi terpisah.
Sejauh ini, Polda Metro Jaya masih belum mau membongkar baik nama maupun identitas lengkap terduga penyerang Novel Baswedan.
"Kalau identitas atau nama itu belum, makanya kami buka hotline. Kami tidak mau berpersepsi dan berasumsi. Gambar ini berdasarkan fakta," kata Idham Azis.
Meski begitu, jenderal bintang dua tersebut memastikan penyidik Polda Metro Jaya sudah melakukan pemetaan terhadap dua orang yang diduga sebagai pelaku. Identitas, pekerjaan sampai kepada keluarga pelaku tengah diusut tim penyidik.
"Kita lakukan dua langkah yakni induktif dan deduktif menyangkut motif, diri dia, keluarga dia, latar belakang pekerjaan dia kita sudah mapping," kata Idham.
Desakan Pembentukan TGPF
Lambatnya pengusutan penyerangan Novel Baswedan sempat memunculkan pesimisme kasus itu akan terungkap. Istri Novel, Rini Emildasari, sampai meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"Faktanya, (kasus Novel) sampai sekarang belum juga terungkap. Keluarga meminta Presiden untuk membentuk TGPF kalau mau mengungkap perkaranya," kata Rini kepada Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin (6 November 2017) lalu.
Pihak keluarga berharap Presiden Jokowi mau merespons terkait permintaan pembentukan TGPF. Novel sendiri sempat dikabarkan akan kembali ke tanah air November.
Di sisi lain, harapan pembentukan TGPF kurang mendapat respons positif. Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menilai TGPF belum perlu dibentuk. Dia meyakinkan publik untuk mempercayakan penyelesaian kasus Novel ke polisi.
"Tidak semua harus TGPF, tergantung pandangan. Kalau Polri sudah, masih optimistis bisa dan kita mendorong bisa, tidak perlu. Tapi tidak bisa hanya dengan tidak perlu, harus serius dan saya yakin polisi akan serius," ucap JK di kantornya, Jakarta, awal November lalu.
Hal senada juga terlontar dari pimpinan KPK. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan, pembentukan TGPF belum menjadi kebutuhan yang mendesak.
Ia meragukan efisiensi dan efektivitas pembentukan TGPF kasus penyerangan Novel. Namun dia memastikan bahwa pimpinan KPK terus mengawal proses penyidikan yang dilakukan Polri.
"Jalan yang terbaik adalah membantu Polri. Membantu Polri tidak harus dengan membentuk tim juga," kata dia.
Komitmen Polri
Kepolisian sendiri menunjukan keseriusan menuntaskan kasus penyerangan Novel. Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Azis memimpin langsung tim.
Ia mengatakan kasus tersebut ditangani 167 penyidik. Mereka hanya fokus diberi tugas mengungkap penyerangan Novel Baswedan.
"Sehingga mereka fokus dan setiap minggu kita lakukan rapat, saya yang pimpin langsung rapat tersebut," kata Idham Azis.
Ia meminta doa dan bantuan masyarakat. Sebab, kasus Novel bukan perkara yang mudah diungkap.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Ari Dono Sukmanto juga pernah mengungkapkan hal senada. Ia mengkategorikan penyerangan terhadap Novel Baswedan sebagai hit and run.
"Kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit," kata Ari beberapa waktu lalu.
Bahkan, menurut Ari, kasus semacam itu baru bisa terungkap setelah bertahun-tahun diselidiki.
Menurut Idham Azis, pihaknya sejak dua minggu yang lalu sudah ingin memberikan informasi perkembangan penanganan penyelidikan terkait teror terhadap Novel Baswedan yang terjadi pada 11 April 2017.
"Kami di Polda Metro Jaya terus bekerja dan terus melaksanakan penyelidikan. Kami telah membentuk tim 167 orang melibatkan lintas penyidikan, baik Polres, Polda dan Mabes Polri," kata dia.
Setelah konfrensi pers, Jenderal bintang dua ini pun meninggalkan Gedung KPK dengan harapan publik yang besar di pundaknya.
0 comments