Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, kondisi pergerakan IHSG masih terlihat cukup kuat bertahan dalam rentang konsolidasi wajar. Hal itu ditopang oleh fundamental ekonomi yang stabil. William menuturkan, bila terjadi koreksi, hal itu dapat dimanfaatkan untuk aksi beli saham dalam jangka panjang.
"IHSG berpotensi melaju di zona positif di kisaran 5.972-6.123," ujar William dalam ulasannya, Senin (13/11/2017).
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan, secara teknikal, aksi ambil untung terus membayangi IHSG. Pergerakan IHSG akan bergerak di kisaran 5.993-6.044 pada Senin pekan ini.
Sebelumnya IHSG melemah 20,63 poin ke level 6.021,83 pada Jumat pekan lalu. Sektor saham perdagangan, infrastruktur dan industri dasar memimpin pelemahan IHSG. Investor asing melakukan aksi jual Rp 1,21 triliun.
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT Infofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT Jafpa Comfeed Tbk (JPFA).
Sedangkan William memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) untuk dicermati pelaku pasar.
IHSG Merosot pada Akhir Pekan Lalu
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan saham menjelang akhir pekan ini. Aksi ambil untung menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 10 November 2017, IHSG melemah 20,63 poin atau 0,34 persen ke posisi 6.021,82. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,35 persen ke posisi 1.001,14. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di zona hijau. Akan tetapi, akhirnya berbalih arah ke zona merah.
Ada sebanyak 192 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 136 saham menguat. 115 saham lainnya diam di tempat. Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.054,53 dan terendah 6.020,45.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 279.942 kali dengan volume perdagangan 9,5 miliar saham. Nilai transaksi Rp 7,3 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 1,2 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.521. - Agen Domino QQ
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham aneka industri naik 0,65 persen, sektor saham barang konsumsi mendaki 0,44 persen dan sektor saham manufaktur naik 0,18 persen. Sementara itu, sektor saham perdagangan susut 1,19 persen, dan catatkan penurunan terbesar.
Disusul sektor saham infrastruktur dan industri dasar masing-masing turun 0,90 persen. Sedangkan sektor saham pertanian melemah 0,53 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PTRO naik 20,66 persen ke posisi Rp 1.635 per saham, saham MBSS melonjak 14,60 persen ke posisi Rp 785 per saham, dan saham ELSA menanjak 8,24 persen ke posisi Rp 394 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ARMY turun 4,76 persen ke posisi Rp 200, saham UNTR tergelincir 4,03 persen ke posisi Rp 32.725 per saham, dan saham AISA merosot 3,45 persen ke posisi Rp 840 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar merosot. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,05 persen ke posisi 29.120, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,30 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,82 persen dan catatkan penurunan terbesar.
Disusul indeks saham Singapura melemah 0,11 persen dan indeks saham Taiwan turun 0,10 persen. Sedangkan indeks saham Shanghai menguat 0,14 persen.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, IHSG melemah lantaran minim sentimen positif. Pelaku pasar pun merealisasikan keuntungan usai IHSG bergerak cukup kuat dalam sepekan. Aditya menuturkan, pelaku pasar menunggu sentimen positif untuk dorong IHSG. Apalagi saat ini valuasi saham sudah terlalu tinggi.
"Secara teknikal level IHSG juga sudah jenuh beli. Volume beli cukup tinggi membutuhkan sentimen lagi ke depan untuk investor," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, pelemahan IHSG masih cukup wajar dan sehat. Level support di kisaran 6.030. "Masih cukup baik bila IHSG ditutup di level 6.000," kata dia.
Sedangkan dari eksternal, menurut Aditya belum ada sentimen signifikan pengarui IHSG. "Di Amerika Serikat ada sentimen corporate tax tetapi itu tidak terlalu berdampak ke kita. Rupiah juga stabil," kata dia.
0 comments